Kekhawatiran terhadap merosotnya nilai-nilai kebangsaan di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital menjadi sorotan Anggota DPRD Kota Bandarlampung, Rezki Wirmandi. Dalam kegiatan Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan di Kelurahan Sukamenanti, Kecamatan Kedaton, Minggu (29/6), Rezki menegaskan pentingnya penguatan karakter dan pemahaman ideologis masyarakat sebagai fondasi menjaga keutuhan bangsa di era serba digital.
Dalam sambutannya, Rezki menegaskan bahwa tantangan terbesar bangsa saat ini tak lagi sebatas pada aspek ekonomi atau politik, melainkan krisis karakter yang semakin mengkhawatirkan akibat lemahnya pemahaman terhadap ideologi bangsa.
“Ini bukan semata soal sosialisasi formal, tapi perjuangan menjaga jati diri bangsa agar tidak hanyut dalam gelombang zaman,” ujar Ketua Fraksi Demokrat Bandarlampung ini.
Ia juga menyoroti pentingnya peran orang tua, tokoh masyarakat, dan institusi pendidikan dalam menanamkan kembali nilai-nilai kebangsaan di tengah generasi muda yang kini banyak terpapar budaya luar melalui teknologi.
Sosialisasi tersebut menghadirkan dua narasumber utama yang menyampaikan materi secara tajam dan relevan. Salah satunya adalah Anggalana, akademisi dari Universitas Bandar Lampung (UBL), yang mengangkat persoalan serius mengenai degradasi moral dan spiritual di tengah masyarakat. Ia menyoroti maraknya hedonisme, budaya instan, dan kecenderungan generasi muda yang semakin individualistis akibat penggunaan gadget dan media sosial secara berlebihan.
Ia juga menyoroti bahwa interaksi hangat dalam keluarga mulai tergantikan oleh kesunyian akibat kecanduan layar, menjadikan rumah bukan lagi tempat penguatan nilai, melainkan ruang tanpa komunikasi. Menurutnya, teknologi harus dikawal oleh penguatan spiritualitas dan nilai kemanusiaan agar tak menciptakan generasi cerdas tapi rapuh.
Narasumber lainnya, Budiman AS, Anggota DPRD Provinsi Lampung sekaligus Ketua DPC Partai Demokrat Bandarlampung, mengingatkan bahwa gadget adalah alat yang bisa mendidik sekaligus menyesatkan. Ia menyebutnya sebagai “pisau bermata dua” yang jika tidak dikendalikan akan menjadi racun sosial bagi anak-anak dan remaja. “Satu klik bisa membuka dunia, tapi juga bisa membuka pintu krisis moral jika tanpa pendampingan,” kata Budiman.
Ia mendorong penguatan pendidikan karakter dan literasi digital di sekolah serta kegiatan sosial masyarakat, sembari menegaskan kembali pentingnya peran keluarga sebagai benteng pertama dalam membentuk karakter anak. Menurutnya, bangsa yang kuat bukan hanya dibangun oleh kecanggihan teknologi, tapi oleh manusia yang berakar pada nilai-nilai luhur bangsanya.
“Semangat untuk menjaga bara ideologi Pancasila harus terus dinyalakan. Di tengah badai digital yang tak terbendung, kita tidak boleh kehilangan arah, harus tetap teguh memegang nilai, dan terus menanamkan semangat kebangsaan sampai ke anak cucu kita nantinya,” tegas Budiman.