BANDAR LAMPUNG (Lampunggo): Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Ganjar Jationo, menyampaikan pentingnya pendidikan dalam membangun kesadaran sosial sebagai fondasi utama demokrasi.
Hal tersebut disampaikan ketika menjadi pembicara sum tema 2 dalam acara Konfresni Studilokal yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Bandar Lampung, di Kampus Unila pada Jumat (15/11/2024).
Ganjar juga menekankan bahwa pendidikan tidak hanya bertujuan mengembangkan pengetahuan, tetapi juga membentuk individu yang peduli dan terlibat dalam perubahan sosial.
“Sistem pendidikan yang inklusif mampu mengurangi kesenjangan sosial dan memberikan akses yang setara bagi semua kalangan,” ujarnya.
Pembicara lain dalam acara tersebut Senator asal Lampung Dr. Bustomi Zainuddin menyoroti penting dalam membentuk generasi muda yang memahami nilai-nilai keadilan.
“Dengan kesadaran sosial yang baik, masyarakat akan lebih peduli dan aktif berpartisipasi dalam proses demokrasi, karena proses kaderisasi kepemimpinan itu harus terus berlanjut,” ujarnya.
Pendidikan memiliki peran besar dalam menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan sosial dengan cara kolaboratif.
Bustami menyoroti peran organisasi kepemudaan seperti Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dalam memberikan wawasan dan pengalaman kepada mahasiswa.
“Melalui organisasi, mahasiswa dapat belajar tentang isu-isu sosial yang relevan dan menjadi agen perubahan yang membawa dampak nyata bagi masyarakat,” tambahnya.
Sementara Dr. Ryzal Perdana menyampaikan bahwa, mengingatkan bahwa pendidikan bukan sekadar syarat administrasi atau alat untuk mencari pekerjaan, tetapi sebuah proses transformasi pola pikir.
“Pendidikan membantu kita melihat suatu hal dari berbagai sudut pandang dan menciptakan solusi yang inovatif. Generasi muda perlu memahami bahwa pola pikir ini adalah kunci untuk menjadi pemimpin yang visioner,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa generasi muda harus memiliki kesadaran sosial yang kuat. “Kesadaran sosial itu seperti fondasi, tanpa itu, kepintaran akademis hanya akan menjadi angka tanpa makna. Kolaborasi dan empati menjadi kunci dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik,” tegasnya. (red)