Oleh : Melly Gusnita S Pd S Sos
(Kepala SDN 1 Pahoman dan Mahasiswi Pascasarjana STKIP PGRI Lampung)
Pada masa ini Pendidikan Karakter menjadi ujung tombak keberhasilan proses pembelajaran di satuan pendidikan. Tentunya hal ini bukanlah perkara yang mudah. Proses pembentukan karakter dalam diri manusia adalah perjalanan panjang dan kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : lingkungan, pengalaman hidup, nilai-nilai yang diterima serta pilihan dan tindakan seseorang. Ini adalah proses yang berkelanjutan sepanjang hidup yang melibatkan refleksi, pertumbuhan pribadi dan pengembangan sikap dan perilaku yang menggambarkan integritas, moralitas dan kepribadian seseorang.
Salah satu faktor utama dalam pembentukan karakter adalah pengaruh lingkungan. Lingkungan tempat seseorang dibesarkan termasuk keluarga, sekolah, teman sebaya dan komunitas yang memainkan peran penting dalam membentuk nilai-nilai, kebiasaan dan sikap yang diterima seseorang. Nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua, guru, dan figure otoritas lainnya dapat membentuk landasan moral .
Kemampuan Refleksi berasal dari Bahasa latin yang berarti “to bend” atau “to turn back”
Pengertian refleksi dapat ditemukan secara luas pada penelusuran literatur Sandars (2009) menjelaskan refleksi sebagai “Proses metakognitif yang terjadi sebelum, selama dan setelah situasi dengan tujuan mengembangkan pemahaman yang lebih besar tentang diri dan situasi sehingga pertemuan pada situasi yang sama di masa depan dapat diinformasikan sebelumnya”.
Pengertian Refleksi menurut Dewey pada Mann, Gordon dan MacLeod (2009) adalah sebagai “Refleksi adalah pertimbangan-pertimbangan yang aktif, terus menerus dan penuh kehati-hatian tentang suatu keyakinan atau pengetahuan yang menjadi pokok dalam mendukung hal itu di masa yang akan datang”
Moon pada Sandars (2009) menjelaskan refleksi sebagai : “bentuk proses mental dengan tujuan dan atau hasil yang diantisipasi yang diterapkan untuk ide-ide yang relatif kompleks atau tidak terstruktur yang tidak memiliki Solusi yang jelas”
Berdasarkan penjelasan di atas, refleksi dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir tingkat tinggi tentang situasi atau pengalaman tertentu dan membentuk suatu keyakinan atau pengetahuan baru untuk menghadapi situasi yang sama di masa yang akan datang.
Pembelajaran refleksi memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi dan membangun pengetahuan dirinya sendiri serta membuat generalisasi dari pengalaman tertentu yang akan membantu dirinya untuk mengaplikasikan pembelajaran dalam situasi selanjutnya.
Selain itu juga, memungkinkan dirinya untuk mengintegrasikan pemahaman barunya.
Refleksi merupakan bentuk penerapan dari Experiental Learning Theory (Teori Pembelajaran Berbasis Pengalaman). Refleksi memungkinkan peserta untuk menganalisis pengalaman, mengidentifikasi pelajaran yang dipetik dan menghubungkannya dengan pengetahuan dan keterampilan baru.
Refleksi membantu seseorang untuk :
1: Memahami prinsip-prinsip dasar yang mendasari pengalaman.
2: Membangun pemahaman dan pengetahuan baru.
3:Mengaplikasikan pembelajaran dalam situasi baru atau konteks yang berbeda.
4:Mengidentifikasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri.
5: Mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang lebih mendalam.
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan utama, bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh negara, pendidikan dapat membuat suatu negara menjadi terus maju dan juga berkembang. Pendidikan merupakan suatu proses menimba ilmu untuk memperoleh pengetahuan di sekolah.
Dalam suatu pendidikan terdapat pendidikan yang formal, dan juga informal. Dalam pasal 26 ayat 1 Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan sekunder.
Globalisasi telah membawa dampak yang sangat serius terhadap persaingan dan keunggulan di berbagai aspek kehidupan manusia dalam konteks pembelajaran, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan, maka sebagai salah satu cara efektif guna menanggulangi berbagai hal buruk yang dapat berdampak pada sistem pendidikan nasional. Lembaga pendidikan sudah seharusnya menerapkan sistem pendidikan karakter yang bertujuan untuk membentuk sikap insan kamil yang ideal bagi para siswa.
Pendidikan karakter yang bertujuan membentuk insan kamil dapat dilihat dari tolak ukur utamanya, yakni pemahaman terhadap nilai-nilai yang bersumber dari agama dan dipadukan sebagai kurikulum utuh dalam sebuah Lembaga pendidikan.
Banyaknya arus informasi yang kurang ideal membuat generasi penerus bangsa semakin mudah menyerap berbagai jenis informasi dalam berbagai bidang tertentu, bebasnya media sosial pada era globalisasi ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap rusaknya moral bangsa secara luas (Agus & Gunawan, 2015)., untuk itu diperlukan adanya karakter pendidikan yang menjadi suatu hal penting dan memberikan pengaruh bagi perubahan masyarakat di masa yang akan datang.
Karakter merupakan ciri khas pada kepribadian seseorang yang didalamnya tercantum sikap dan perilaku cara seseorang dalam merespon orang yang ada di sekitarnya sedangkan pendidikan karakter sendiri merupakan kegiatan mendidik yang dilakukan oleh guru maupun orang tua baik di rumah maupun di dalam lingkungan sekolah.
Adapun tujuan Pendidikan Karakter ini adalah untuk membentuk karakter dalam diri anak ke arah pribadi dan individu yang jauh lebih baik.
Pendidikan karakter dimulai dari tahapan keluarga terdekat misalnya orang tua, maka peran orang tua menjadi sangat penting karena harus menanamkan karakter yang baik dimulai dari lingkungan rumah sampai pada lingkungan sosial.
Pendidikan karakter sebenarnya merupakan inti dari mata pelajaran agama Islam, oleh karena itu kajian pendidikan karakter dalam agama Islam tidak bisa dilepaskan dari kajian pendidikan Islam pada umumnya, maka kita simpulkan bahwa Pembangunan karakter merupakan masalah yang sangat fundamental khususnya pada pembentukan dan pembinaan umat.
Proses tersebut meliputi pembinaan akhlakul karimah (akhlak mulia) yakni Upaya mentransformasikan nilai-nilai Qurani kepada anak yang lebih ditekankan pada aspek afektif atau wujud nyata dalam Amaliah seseorang. Selain itu, Islam melihat bahwa identitas dari manusia pada hakikatnya adalah akhlak yang merupakan potret dari kondisi batin seseorang yang sebenarnya, maka dalam hal ini Allah SWT begitu tegas mengatakan bahwa manusia mulia itu adalah manusia yang bertakwa (tunduk atas segala perintah-Nya), serta kemuliaan manusia di sisi-Nya bukan diukur dengan nasab, harta maupun fisik melainkan kemuliaan yang secara batin memiliki kualitas keimanan dan mampu memancarkannya dalam bentuk sikap, perkataan dan perbuatan (Jihad et al.,2010; Uri, 2015; Achmad, 2021).
Maka untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diperlukan aktualisasi pendidikan manusia yang baru dengan bersandar pada prinsip-prinsip :
1: Partisipasi masyarakat di dalam mengelola pendidikan.
2: Demokratisasi proses pendidikan.
3: Sumber daya pendidikan yang professional.
4: Sumber daya penunjang yang memadai
5: Membangun pendidikan yang berorientasi pada kualitas individu berbasis karakter.
Lebih lanjut keberhasilan sekolah dalam membangun suatu iklim pendidikan karakter yang berorientasi kan pada akhlak dan budi pekerti yang baik adalah sebuah tantangan tersendiri bagi semua warga sekolah karena bagian tersebut merupakan inti pendidikan kita yang sangat penting.
Semuanya ini dimulai dari penanaman pendidikan karakter Dimana dalam prosesnya terdapat pengamalan nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan tindakan. Selain itu konteks pendidikan karakter juga memiliki makna dan maksud yang sama dengan pendidikan moral dan akhlak yaitu pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia khususnya dalam membina dan menciptakan suatu sistem pembelajaran yang sesuai dengan moral dan norma-norma agama,negara dan falsafah negara.
Oleh karenanya dari paparan di atas dapat kita tarik Kesimpulan bahwa : Refleksi Diri merupakan Faktor pendukung pendidikan karakter yang menunjang keberhasilan dunia pendidikan khususnya di tingkat sekolah di Masa Era Globalisasi saat ini